1.1 Penegertian
Perawatan dan Perbaikan Mesin
Menurut Lindley R.
Higgis & R. Keith Mobley, Perwatan/pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki
kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga
dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat
diterima oleh penggunannya. Pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada
hal-hal sebagai berikut :
a). Kapasitas pekerjaan terpenuhi secara maksimal
b. Kemampuan untuk menghasilkan hasil kerja dengan toleransi
khusus atau level kualitas tertentu.
c). Dapat meminimalkan biaya per unit kerja.
d). Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi
keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas kerja
dan kualitas hasil kerja.
e). Dapat menjaga keselamatan pegawai, lingkungan kerja
dan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin muncul dengan adanya
proses kerja.
f). Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat
membahayakan lingkungan disekitar bengkel kerja/pabrik.
1.2 Peran
Perawatan dan Perbaikan Dalam Sistem Kesiapan Fasilitas
Dalam dunia
permesian baik industri maupun kendaraan, peran perawatan dan perbaikan mesin
sangat penting, karena dengan melakukan perawatan dan perbaikan maka kira dapat
mengetahui problem apa yang terdapat didalam mesin tersebut, sehingga
meminimalisir terhambatnya pekerjaan saat mesin bekerja.
Dan
perwatan mesin sangat berpengaruh dalam kesiapan fasilitas, karena apabila
mesin dalam keadaan optimal maka seluruh fasilitas sempurna sehingga tidak
menghambat pekerjaan.
2. Klasifikasi
dan Jenis Perawatan
2.1 Perawatan
Direncanakan
Untuk
menjalankan program produksi dengan gangguan minimum, maka waktu untuk
pekerjaan perawatan perlu direncanakan sebaik mungkin. Waktu pekerjaan
perawatan ditentukan atas kondisi berikut:
• Kapan aktivitas
produksi dihentikan karena adanya kebutuhan perawatan.
• Kapan
pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau jam kerja yang sudah.
Penentuan jam operasi pabrik tergantung
besar kecilnya industri, jenis dan tingkat produksi
Urutan perencanaan fungsi perawatan
meliputi :
a)
Bentuk perawatan yang akan ditentukan.
b)
Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan
dengan pertimbangan ke masa depan.
c)
Pengontrolan dan pencatatan.
d)
Pengumpulan
semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan dengan suatu bentuk perawatan.
> Sasaran perencanaan perawatan :
• Bagian khusus
dari pabrik dan fasilitas yang akan dirawat.
• Bentuk, metode
dan bagaimana tiap bagian itu dirawat.
•
Alat perkakas dan cara penggantian suku cadang.
• Waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan perawatan.
• Frekwensi
perawatan yang perlu dilakukan.
• Sistem
Pengelolaan pekerjaan.
• Metode untuk
menganalisis pekerjaan.
> Dasar-dasar pokok yang menunjang dalam pembentukan
sistem perawatan :
• Jadwal
kegiatan perawatan untuk semua fasilitas pabrik.
• Jadwal kegiatan perawatan lengkap
untuk masing-masing tugas yang harus dilakukan pada tiap bagian.
• Program
yang menunjukkan kapan tiap tugas harus dilakukan.
• Metode
yang menjamin program perawatan dapat berhasil.
• Metode pencatatan
hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan.
>Faktor-faktor
Yang Diperhatikan Dalam Perencanaan Pekerjaan Perawatan :
· Ruang lingkup pekerjaan.
Untuk tindakan yang
tepat, pekerjaan yang dilakukan perlu diberi petunjuk atau pengarahan yang
lengkap dan jelas. Pengadaan gambar-gambar atau skema dapat membantu dalam
melakukan pekerjaan.
· Lokasi pekerjaan.
Lokasi pekerjaan
yang tepat dimana tugas dilakukan, merupakan informasi yang mempercepat
pelaksanaan pekerjaan. Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi kode
tertentu, misalnya nomor gedung, nomor departemen dllsb.
· Prioritas pekerjaan.
Prioritas pekerjaan
harus dikontrol sehingga pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan yang benar.
Jika suatu mesin mempunyai peranan penting, maka perlu memberi mesin tersebut
prioritas utama.
· Metode yang digunakan.
“Membeli kemudian
memasang” sangat berbeda artinya dengan “membuat kemudian memasang”. Meskipun
banyak pekerjaan bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun akan lebih baik
jika penyelesaian pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan
keahlian yang dipunyai.
· Kebutuhan
material.
Apabila ruang
lingkup dan metode kerja yang digunakan telah ditentukan, maka biasa diikuti
dengan adanya kebutuhan material. Material yang dibutuhkan ini harus selalu
tersedia.
· Kebutuhan alat perkakas.
Sebaiknya alat yang
khusus perlu diberi tanda pengenal agar mudah penyediaannya bila akan
digunakan. Kunci momen, dongkrak adalah termasuk alat-alat khusus yang perlu
ditentukan kebutuhannya.
2.2 Perawatan
Tidak Terencana
Perawatan tidak
direncanakan yang dimaksudkan disini adalah apabila mesin mengalami kerusakan
yang diharuskan untuk dilakukan perbaikan / perawatan dadakan. Kasus ini sangat
mengganggu proses jalannya produksi di dalam pabrik. Biasanya perawaran tidak
terencana terjadi akibat kelalaian teknisi perawaatan saat melakukan perawatan
berkala. Dan dalam perawatan tidak terencana apabila kersukan mengharuskan
utntuk mengganti suku cadang maka harus segera dilakukan agar mesin dapat
kembali berkerja normal.
3. Jenis
Pelumas dan Teknik Pelumasan
Sebelum mulai
membahas tentang berbagai jenis pelumas mesin, ada baiknya kita mengenal
apa fungsi pelumas, atau yang biasa disebut "pelumasan".
Pelumasan atau lubrikasi adalah sebuah proses atau teknik untuk
mengurangi gesekan serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang
saling bersentuhan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan
memberikan zat pelumas di antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas.
Secara umum bahan
pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni liquid
(cair), semi cair(grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai
pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan
bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih
dikenal sebagai grease (gemuk) memiliki kekentalan lebih tinggi
dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih "padat" daripada
oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada
kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli
maupun grease.
3.1 Jenis
Pelumas
1. Pelumas Cair
Sebagian besar
pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak penggunaannya terbuat
dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering kali kita menyebutnya
sebagai mineral oil (oli mineral), yakni oli yang berbahan dasar
dari minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan
menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic.
Oli parafin sangat
baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada
proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.
Oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja
rendah, terutama untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses
permesinan. Sedangkan oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim
digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta sebagai perekat dan
pengencer produksi aspal.
Namun, Pelumas
oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan
terhadap temperatur kerja tinggi. Solusi dari kelemahan tersebut adalah
dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi
terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal
sebagai oli sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal dari minyak
bumi melainkan dari bahan organik maupun anorganik yang melewati proses-proses
khusus sehingga didapatkan spesifikasi yang dibutuhkan terutama ketahanan
terhadap temperatur tinggi.
Perpaduan antara
oli mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis.
Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan
pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun
dengan harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena
proses pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli
mineral.
Banyak produk dari Prestasi
Lubricants yang merupakan jenis pelumas cair, seperti oli motor,
minyak rem, air radiator, dan lain sebagainya.
2. Pelumas
Semi-Cair (Grease)
Grease, atau yang
dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan "gemuk", memiliki
karakteristik khas, yang membuatnya sangat cocok digunakan pada sebuah sistem
mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara berkala, serta sistem yang tidak
mungkin dapat dilubrikasi oleh oli. Grease juga berfungsi
sebagai sealent untuk mencegah masuknya air atau material lain ke
dalam sistem mesin.
Prestasi Lubricants juga
memproduksi pelumas semi-cair (gemuk) untuk kendaraan bermotor anda.
3. Pelumas
Padat
Pelumas padat atau
juga dikenal dengan pelumas kering memiliki gaya gesekan
rendah. Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif terhadap
lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja. Bahan yang paling banyak
dikenal sebagai pelumas padat yaitu grafit.
Grafit banyak
digunakan di kompresor udara, industri makanan, sambungan rel kereta, roda gigi
terbuka, ball bearing, serta alat-alat perbengkelan. Grafit juga lazim
digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini dilakukan karena jika digunakan
oli untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di udara justru mudah menempel dan
akan cepat merusak komponen-komponen mesin.
3.2 Sifat – Sifat
Pelumas
Motor bakar baik
bensin maupun diesel terdiri dari berbagai komponen dalam melakukan proses
kerjanya. Beberapa komponen tersebut tersusun atas bahan logam (metal part)
yang statis maupun dinamis seperti katup, piston, gear, silinder block,
camshaft dan lain-lain. Komponen tersebut harus terjaga agar pergerakan mesin
dapat berjalan baik sehingga dapat memperpanjang umur pemakaian.
Upaya yang
dilakukan untuk menjaga komponen tersebut, dalam mesin dilengkapi dengan sistem
pelumasan. Pelumasan berfungsi untuk mengurangi adanya gesekan antara metal dan
komponen- komponen mesin lainnya sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya
kerusakan pada mesin serta berguna untuk mencegah atau mengurangi terjadinya keausan
pada komponen-komponen mesin yang saling bergesekan, melancarkan komponen-
komponen mesin yang bergerak atau berputar, mencegah terjadinya suara berisik,
mengurangi panas yang timbul karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin
yang terhubung untuk melawan gaya gesek.
1. APPEARANCE
Penampilan pelumas dengan melihat keadaan visualnya dan dapat
menunjukkan :
1. clear : Pelumas terlihat
jernih.
2. hazy : Pelumas terlihat tidak jernih/berkabut.
3. dark : Appearance terlihat dark atau gelap, ini dapat
menunjukkan adanya kandungan produksi oksidasi dari pelumas atau bahan bakar.
2. SPESIFIC
GRAFITY (SG)
Yaitu perbandingan berat minyak dan air yang mempunyai volume yang sama
pada suhu tertentu. Pemeriksaannya dengan alat standar untuk tujuan tersebut.
3. WARNA (COLOR)
Untuk mengetahui sifat visual pelumas sehingga dapat diinterprestasikan
sifat fisiknya secara cepat kemudian dapat dilakukan analisa keadaan sebenarnya
dari pelumas.
4. VISCOSITY/
KEKENTALAN
Besarnya tahanan aliran yang dimiliki setiap fluida termasuk pelumas.
tingkat kekentalan merupakan sifat fisik fluida yang berubah terhadap perubahan
temperaturnya, sehingga pengukuran kekentalan harus disertai dengan pengukuran
suhu pada waktu yang bersamaan. Metode pengukuran viskositas pelumas antara
lain:
1. Viscocity Kinematic
(Centistokes-Cst).
2. Derajat Engler, diukur pada suhu
20°C,50°C dan 100°C.
3. Second Redwood, diukur pada suhu
70°F,140°F dan 200°F.
4. Second Universal Saybolt, diukur
pada suhu 100°F dan 210°F.
5. Nomor SAE
5. VISCOCITY
INDEX (VI)
Merupakan besarnya angka index atau skala kekentalan pelumas terhadap
perubahan temperature tertentu. Standar temperatur pada pengukuran ini adalah 100°F
dan 210°F. Pada umumnya menggunakan Kinematic Viscosity. Pelumas yang memiliki
VI tinggi tidak banyak mengalami perubahan kekentalan pada perubahan
temperature. Nilai viscosity index ini dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1. HVI (High Viscosity Index) di atas
80.
2. MVI (Medium Viscosity Index) 40 –
80.
3. LVI (Low Viscosity Index) di bawah
40
6. POUR POINT
(TITIK TUANG)
Menunjukkan temperature terendah dimana pelumas masih dapat mengalir.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan mengalir pada
temperature rendah berhubung dengan daerah pemakaian atau kondisi kerja
penggunaan dari pelumas tersebut.
7. FLASH POINT
(TITIK NYALA)
Merupakan temperature terendah dimana suatu minyak sudah mampu terbakar
oleh adanya letupan bunga api/flash. Maksud pengukuran titik nyala adalah untuk
safety precaution atau berhubungan dengan kondisi pemakaian pelumas. Dengan
mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak sedikitnya komponen yang menguap
karena titik nyala mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.
8. TOTAL BASE
NUMBER (TBN)
Besarnya angka kebasaan pelumas yang mengindikasikan bahwa pelumas
tersebut mengandung additive terutama jenis detergent dan dispersant. Angka TBN
pada pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas baru. Karena sebagian basa
telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk ataupun telah
dipakai untuk menghancurkan kotoran. Jadi dengan mengukur besarnya angka TBN
dapat ditentukan apakah pelumas masih layak pakai.
9. TOTAL ACID
NUMBER (TAN)
Besarnya angka keasaman pada pelumas yang terbentuk oleh oksidasi
pelumas atau karena pengaruh adanya air/uap air.
3.3 Bahan
Aditif Pelumas
Zat
aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat
memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar
oil. Aditif untuk minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah
selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem dari
mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam kondisi
berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda gigi yang
lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi mesin yang
mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi dibandingkan
dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya menggunakan
minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi), minyak mineral
murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti tersebut diatas.
Formulasi dan
pembuatan minyak pelumas yang mengandung aditif bukanlah suatu hal yang mudah
dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau bahan dispersan pada minyak dasar (atau base
oil atau straight mineral oil) atau kombinasi dari minyak
dasar saja. Dalam keadaan sebenarnya, setiap minyak mineral mempunyai respon
yang berlain-lainan terhadap aditif tertentu, oleh sebeb itu pula diadakan
penelitian di dalam formulasi untuk mendapatkan formula yang paling tepat. Di
samping itu perkembangan minyak pelumas menjadi lebih kompleks karena beberapa
sifat yang perlu diperkuat dengan aditif misalnya ketahanan terhadap oksidasi,
sifat deterjensi dan lain sebenarnya. Untuk itu harus dipertimbangkan pengaruh
masing-masing aditif terhadap minyak mineral murni dan pengaruh aditif antara
satu terhadap yang lain. Aditif yang satu mungkin mempengaruhi keaktifan pada
aditif lainnya. Di lain pihak aditif tertentu mungkin dapat berlaku synergistic atau
saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau lebih aditif dapat memberikan
pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tersendiri.
Pembagian Aditif Minyak Pelumas
Pembagian Aditif
Pelumas Berdasarkan Fungsi dan Kinerja di bagi menjadi menjadi tiga jenis
diantarnya :
1. Aditif Utama
a. Anti foam
Berfungsi untuk
meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja mesin terutama di
poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja
pelumasan mesin.
b. Anti
Oxidant
Berfungsi
menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam
pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan mekanisme utama yang
bertanggung jawab pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge,
soot and corrosive wear dan lain sebagainya. mengakibatkan
mengentalnya oli secara berlebihan yang dapat mengakibatkan tertimbunnya
oli yang mengental (sludge).
c. Anti
Wear
Berfungsi mencegah panas yang berlebihan pada oli yang ditimbulkan dari gesekan
antar metal pada mesin, sehingga oli tetap berfungsi sebagai pembawa dan
penyebar panas mesin.
d. Anti
Corrosion
Mencegah
korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara melapisi
metal meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.
e. Detergent
Sebagai
pembersih dan penetralisir zat-zat yang berbahaya, membentuk lapisan pelindung
pada permukaan logam, mencegah endapan, mengurangi timbulnya deposit,
mengendalikan korosi serta membersihkan karbon sisa pembakaran agar karbon
tidak menempel di komponen mesin.
f. Dispersant
Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin
bensin. Lumpur tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil
pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi
sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, dan
mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang
dapat mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.
g. Friction
Modifier
Berfungsi
meningkatkan kinerja pelumasan pada metal yang bergesekan agar tidak cepat aus.
h. Pour
Point Depressant
Berfungsi
mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour Point
Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada suhu rendah. Contoh
PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates.
Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil dan
konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar
viskositas rendah.
i. TBN.
Berfungsi
menetralisir keasaman dalam pelumas yang diakibatkan karena suhu tinggi mesin
motor.
2. Viscosity Index
Improver
Aditif ini
berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin mulai tinggi,
sehingga pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas yang mamakai
aditif ini sering disebut oli multigrade.
3. Oil Flow Improver
Aditif ini
berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start
pagi hari. Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.
3.4 Sistem
Pelumas Mesin
Sistem pelumas
adalah sebuah rangkaian hidrolis yang berfungsi mendistribusikan aliran oli
mesin ke seluruh komponen mesin yang bergesekan. Tujuannya agar semua komponen
mesin yang bergesekan bisa dilapisi pelumas agar untuk mencegah keausan. Fungsi
dari sistem pelumas adalah :
1. Untuk mencegah keausan pada komponen mesin
2. Mendinginkan komponen mesin
3. Membersihkan komponen mesin dari kerak dan kotoran.
Cara kerja pelumas mesin, umumnya menggunakan
sistem tekan pompa. Yakni oli dari carter ditekan melalui pompa untuk
disalurkan keseluruh bagian mesin.
Namun, komponen pelumasan bukan hanya pompa oli.
Apa saja komponen yang berpengaruh dalam sistem pelumas mesin mobil ? simak
ulasan berikut.
Komponen
Sistem Pelumas Mesin dan Fungsinya
1. Oil
pan/Carter
Oil pan atau
biasa juga dosebut carter adalah komponen berbentuk bak yang diletakan dibagian
bawah mesin tepat pada ruang engkol. Fungsi oil pan adalah untuk menyimpan oli
mesin.
2. Pompa
Oli
Oil
pump merupakan sebuah pompa hidrolis yang digunakan untuk memompa oli mesin
untuk dinaikan ke seluruh komponen mesin. Pompa ini, bekerja secara rotary yang
inputnya berasal dari poros engkol mesin.
Sehingga ketika mesi kerja, oli secara otomatis
terpompa. Pompa oli memiliki dua saluran, yakni saluran inlet yang langsung
mengarah ke bak oli dan saluran outlet yang langsung tersambung dengan oil
feed.
3. Filter Oli
Fungsi filter
pasti sudah diketahui oleh anda. Pada sistem pelumasan mengapa perlu diberikan
filter, bukannya sistem ini tertutup didalam mesin ? Memang benar, sistem
pelumas memiliki sistem yang tertutup. Namun bukan berarti kotoran tidak bisa
masuk kedalam mesin. Kerak juga bisa terbentuk pada komponen mesin, kerak yang
disebabkan sisa pembakaran yang masuk ke ruang engkol dibersihkan oleh oli dan
kerak tersebut terkandung pada aliran oli mesin. Sehingga perlu diberikan
saringan agar kerak dan kotoran didalam aliran oli tidak memasuki oil feed yang
memiliki diameter saluran kecil.Kotoran dan kerak yang tersaring akan mengumpul
lada element filter sehingga perlu dilakukan penggantian oil filter secara
rutin. Umumnya penggantian oil filter mengikuti interval penggantian oli mesin.
4. Oli Pressure Sensor
Sensor
yang terletak pada saluran oli setelah pompa ini bertujuan untuk mendeteksi
tekanan oli mesin yang keluar dari pompa. Sensor ini bisa menandakan dua hal,
yakni kesehatan pompa dan volume oli mesin.Jika indikator oli pada dashboard
menyala maka sensor oli mendeteksi adanya lebihan atau kekurangan tekanan pada
sistem pelumas. Ini bisa menandakan bahwa volume oli mesin berlebihan atau
bahakan kurang dari standar pemakaian. Untuk itu, jika indikator ini menyala
kita perlu melakukan pengecekan oli mesin melalui stik oli yang tersedia
disekitar mesin. Jika volume oli normal maka masalah diatas timbul pada pompa
oli.
5. Oil feed
Fungsi oil
feed sebenarnya hanya sebagai jalur oli. Jalur ini secara default sudah
terbentuk saat pembuatan blok mesin bersama water jacket. Hal ini karena letak
oil feed ini berada didalam blok silinder. Selain inner oil jet, biasanya
juga ada outer oil jet. Outer oil jet ini terbentuk seperti pipa biasa yang
umumnya berbahan logam. Fungsi saluran ini yakni menghubungkan oli ke komponen
luar mesin seperti turbocharger atau oil cooler.
6. Oil jet
Jika oil
feed fungsinya sebagai jalur oli, oil jet berfungsi menyemprotkan oli dari
dalam saluran oli. Jika dilihat, maka oil jet ini mirip injektor dimana ujung
oil jet memiliki lubang cukup kecil yang akan memancarkan oli saat tekanan oli
meningkat. Biasanya oil jet ditemui pada bagian bawah silinder mesin, fungsinya
untuk menyemburkan oli kebagian piston dan commecting rod. Selain itu dibagian
timming chain juga biasanya ada sebuah oil jet yang digunakan untuk melumasi
rantaitimming.
7. PCV Valve
Pada
kendaraan lawas, uap oli dari mesin langsung dibuang begitu saja ke udara.
Akubatnya menimbulkan suatu polusi tertentu. PCV atau Positive crankcase
ventilation fungsinya untuk menyalurkan uap oli dari dalam mesin ke dalam
saluran intake tanpa terjadinya kebocoran oli. Artinya terdapat sebuah PCV
valve yang akan terbuka saat tekanan udara didalam crank case atau ruang engkol
meningkat. Tekanan ini diperoleh karena ada sebagian oli yang menguap karena
kepanasan dan faktor tekanan kompresi yang sedikit bocor melalui celah ring
piston. Tekanan udara tersebut kemudian dilewatkan ke komponen oil separator
untuk memisahkan oli mesin yang terbawa pada PCV valve. Barulah udara tersebut
disalurkan kedalam saluran intake untuk kemudian masuk ke ruang bakar untuk
melalui proses pembakaran mesin. Sehingga polusi tetap stabil.
8. Oil atau Lubricant
Komponen
terakhir yang cukup penting adalah oil atau lubricant sebagai media pelumas.
Oli mesin haruslah memiliki daya lekat serta memiliki sifat yang licin. Selain
itu oli mesin juga harus memiliki ukuran partikel kecil dan tidak mudah
menguap. Karena oli harus bisa masuk ke celah-celah kecil untuk melapisi
komponen mesin.Untuk itu, saat ini banyak ditemui oli sintetis dengan berbagai
campuran zat adiitive yang tentunya bisa meningkatkan performa mesin. Namun,
perlu diingat juga oli memiliki batas pemakaian. Sehingga sebagus apapun oli
yang dipakai pada mesin kendaraan kita, juga perlu diganti sesuai intervalnya.